KALBAR.KABARDAERAH.COM, PONTIANAK – Dr.Gede Sanjaya Ap.OT (K), resmi dilantik Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Umum Santo Antonius Pontianak, untuk masa bakti 2020 – 2024.
Untuk menjalankan tugas yang disandangnya, Dr.Gede Sanjaya dibantu Dr. Evelyn Phangkawira, Sp. A, M. Kes sebagai Direktur Pelayanan, Sr.Marselina, SFIC, S. Kep, Ners sebagai Direktur Keperawatan, Dr. Novianti Sri Racha, Sp, THT-KL sebagai Direktur SDM dan Umum, dan P Kusmas, OFMCap, MM sebagai Direktur Keuangan dan Perencanaan.
Usai dilantik, pada Kamis (16/7/2020), Dr.Gede Sanjaya mengucapkan terimakasihnya karena telah dipercaya kembali untuk kedua kalinya menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Santo Antonis.
Dia berharap untuk kedepan rumah sakit yang dipimpinnya harus bisa meningkatkan mutu pelayanan dan sasaran keselamatan pasien.
“Jadi pasien dan hak pasien serta keluarganya harus dilindungi, untuk periode yang akan datang kami melaksanakan suatu arahan dari Bapak Uskup, yakni memberikan pelayanan berdasarkan kasih,” ujar Dr.Gede Sanjaya.
Menurutnya, walau disaat pendemi covid-19, dirinya merasa bersyukur rumah sakit yang dipimpinnya saat ini masih bisa bertahan dalam memberikan pelayanan yang lebih baik terhadap pasien.
“Bisa dilihat dari segi sosial distannya, rumah sakit Antonius ini masih bisa dikatakan lebih baik dari tempat lainnya. Selain itu rumah sakit ini memiliki ruangan serta lokasi parkiran yang cukup luas. Dengan keunggulan ini tentunya kami menfaatkan untuk kepuasan pasien,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Dr.Gede Sanjaya memaparkan, keunggulan dari rumah sakit Antonius, terhadap pasien yang dirawat di ruangan Unit Gawat Darurat (UGD) tidak dibiarkan berlama-lama.
“Pasien yang di UGD harus cepat di identifikasi dan dikasih gelang biru untuk laki-laki, dan gelang merah untuk perempuan. Kemudian di identifikasi pada kondisi tertentu gelang kancing merah supaya petugas tau,” bebernya.
Selain itu, dia menambahkan pihaknya akan meningkatkan komunikasi yang baik antara petugas dan pasien dengan tujuan untuk pengawasan terhadap obat demi keselamatan.
“Kemudian sasaran terhadap keselamatan kerja, terutama jika melaksanakan operasi terhadap pasien harus ada tempat lokasi. Jangan sampai pasien A tertukar dengan pasien B, setiap pasien dikasih gelang sesuai dengan penyakitnya,” tegasnya.
(imas)
Discussion about this post