KALBAR.KABARDAERAH.COM, KUBU RAYA – Dalam rangka memperingati hari ulang tahun Ke 4 Dewan Pimpinan Pusat Forum Komunikasi Orang Bugis (DPP FKOB) Kalimantan Barat yang didirikan oleh DR. Ardiansyah. S.H. M.H. mengadakan Festival Adat Budaya Bugis dengan mengundang Raja-raja dari Sulawesi, serta beberapa Kepala Desa di Kabupaten Kubu Raya, Tokoh Adat, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat.
“Hari ini kita menyelanggarakan kegiatan Adat Budaya Bugis dimana kita menampilkan seni budaya bugis dan intinya inilah budaya bugis yang kita tunjukkan kepada masyarakat, tadi kita juga mengadakan Karnaval Multi Etnis dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa ada keharmonisan antara Etnis ke Etnis,” kata Ardiansyah.
Pria yang karib disapa Ardi ini menjelaskan, walaupun banyak suku dan budaya tapi dia ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa keberagaman budaya itulah yang mempersatukan dan pada hari kita juga mengadakan hari ulang tahun FKOB Ke – 4 dengan harapan mudah-mudahan adat budaya dapat dilestarikan dan dijaga.
“Untuk kedepannya kita terus mengembangkan lagi Adat Budaya Bugis yang ada di Kalimantan Barat ini,” paparnya.
Ardi menambahkan, untuk kegiatan festival sendiri FKOB bisa melaksanakan dalam 1 tahun bisa dua atau 3 kali pelaksanaan.
“Pada hari ini merupakan Puncak Milad FKOB dibarengi dengan Festival Adat Budaya Bugis yang menghadirkan raja-raja dari Sulawesi Selatan,” tuturnya.
“Kita juga mengadakan Tudang Mandre Sipulung di mana dalam bahasa Melayu itu lebih dikenal dengan makan saprahan, Tudang itu artinya duduk Sipulung itu Kebersamaan dan Mandre itu makan, artinya Makan Duduk Bersama, dan kalau filosofinya kita memaknai Tundang Mandre Sipulung pada zaman dahulu itu merupakan tempat Berdiskusi dan Bermusyawarah dengan tokoh – tokoh adat berkumpul, Maka nya dinamakan makan saprahan itulah makna yang sebenarnya baik itu dalam berdiskusi tentang pembangunan, pendidikan dan di dalam semua hal dengan agenda Mandre Sipulun,” lanjutnya.
Ardi memaparkan, adat dan budaya ini merupakan warisan nenek moyang, bagaimana dahulunya nenek moyang menciptakan adat budaya Bugis, walaupun mereka bersusah payah untuk menciptakan dan bukan hanya adat budaya Bugis tapi adat budaya semua etnis.
“Kalau kita tidak bisa melestarikan mulai sekarang tidak menutup kemungkinan 25 tahun, bahkan 50 tahun akan punah. Jangankan rumah adat, bahasa juga bisa punah. Dan banyak ahli mengatakan bahwa 25 tahun kedepan bahwa bahasa daerah di Indonesia itu akan punah,” tuturnya.
Ardi melanjutkan, untuk pembinaan seni adat budaya pada saat ini rata-ata di semua tingkat, masing-masing mereka punya seni budaya sendiri, misalnya Laskar mereka mempunyai Silat Mangaru, dan DPC lainya ada yang madendang padupa.
“Jadi masing-masing semua tingkatan, mereka mempunyai keahlian dan nantinya jika ada kegiatan seperti ini mereka tampil semuanya,” jelasnya.
Menurut Ardi, Dinas Pariwisata dan provinsi sudah mengatakan bahwa festival budaya adat ini merupakan agenda tetap pemerintah provinsi.
“Karena apa, kita selama 4 tahun ini selalu eksis secara terus menerus, tentunya dinas pariwisata melihat kalau mengadakan agenda festival budaya apapun bentuknya sudah 4 tahun berturut-turut maka secara otomatis menjadi agenda provinsi yang memang harus kita laksanakan setiap tahun dan FKOB selalu siap dalam melakukan festival budaya seperti ini,” pungkasnya.
(imas)
Discussion about this post