Pasalnya mereka mengeluhkan pengeluaran buat biaya operasional untuk menghidupkan mesin genset guna untuk penerangan rumah mereka selama ini sangat tinggi.
“Dalam satu bulan masyarakat ditempat kami yang memiliki mesin genset termasuk saya sendiri harus mengeluarkan anggaran berkisar Rp 800 ribu buat beli bahan bakar,” ungkap Apen Kepala Desa Air Dekakah, Jumat (28/12/2018).
Apen menjelaskan, kendati pun mendapat penerangan dari mesin genset dan harus merongggoh kocek yang dalam buat penerangan tidak bisa sampai 24 jam.
“Paling biasanya digunakan hanya dari pukul 18.00 WIB hingga paling malam pukul 23.00 WIB, untuk menghemat biaya minyak yang dikeluarkan,” terangnya.
Selanjutnya menurut Apen untuk masalah listrik PLN sebenarnya sejak 20 tahun silam telah ada pembangunan tiang listrik masuk ke desanya, namun belum juga teraliri listrik.
“Bahkan sekarang tiang-tiang listriknya yang sudah ada banyak rusak dan tidak layak pakai lagi,” terangnya.
Apen menceritakan kalau harapan desanya mendambakan teraliri listrik mulai ada ketika pihak PLN Area Ketapang bersama kontraktor pembangunan jaringan, pembangunan kontruksi JTM, JTR hingga Gardu distribusi di tempatnya pada bulan Juli hingga September 2018 ini.
“Namun itu janji tinggallah janji, lantaran tidak ada realisasi dari pihak pelaksana sampai saat ini mengenai pembangunan tersebut,” ketusnya.
Sementara itu dari pengakuan Humas PLN Provinsi Kalbar, Hendra, beberapa waktu lalu mengatakan jika keterlambatan pembangunan lantaran adanya persoalan di internal kontraktor pelaksana pembangunan, yang mana saat ini pihaknya sudah mengambil langkah berupa SP 1 sesuai mekanisme yang ada.
Bahkan menurut Hendra pihaknya tetap berkomitmen melaksanakan pembangunan listrik di wilayah Air Dekakah tersebut.
“Target kita hingga Triwulan I tahun 2019 nanti,” sebutnya.
Discussion about this post