KALBAR.KABARDAERAH.COM, KETAPANG – Puluhan warga petani sawit dari Kecamatan Air Upas, Kabupaten Ketapang mendatangi ruangan Bidang Perkebunan kantor Dinas Pertanian Peternakan dan Perkebunan (DPPP) Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
Kedatangan mereka untuk difasilitasi mengadakan pertemuan dengan pihak perusahaan PT Cargill yang berada di wilayah Seriam.
Menurut keterangan Jupri Kepala Desa Sari Bekayas, Kecamatan Air Upas, dengan tidak diterimanya sawit mandiri oleh pihak perusahaan saat ini menjadi polemik dikalangan masyarakatnya.
“Makanya kita minta difasilitasi oleh dinas perkebunan untuk mengadakan pertemuan dengan pihak perusahaan, pihak keamanan dan masyarakat,” tuturnya, didampingi Kapolsek Air Upas Iptu Sabariman dan warga disela-sela usai pertemuan, Kamis, (19/7/2018).
Ia mengungkapkan, permasalahan tidak diterimanya sawit mandiri oleh perusahaan baru terjadi beberapa bulan terakhir, lantaran alasan oper kafisitas pabrik jika menerima sawit milik warga.
“Kalau tahun-tahun sebelumnya ketika masih belum di take oper ke Cargill oleh perusahaan Poliplent masyarakat kami yang petani mandiri selalu diterima untuk jual Tandan Buah Segar (TBS) nya di pabrik,” ujarnya.
Ia menjelaskan, hasil dari rapat yang mereka lakukan kini telah membuahkan hasil. Karena menurutnya perusahaan mau mengambil sikap dengan mau mengambil kembali TBS milik petani mandiri dan hal ini pula akan segera ditindak lanjuti oleh perwakilan perusahaan yang hadir saat rapat ke pihak manajement tertinggi Cargill.
“Kita berharap tuntutan dari kami cepat diterima, karena antara lokasi pabrik tempat pengolahan sangat dekat dengan perbatasan dengan lokasi kebun-kebun sawit mandiri milik masyarakat,” ungkapnya.
Selanjutnya ia menambahkan, pihak desa sendiri sampai sejauh ini tetap melakukan keamanan di lokasi perusahaan. Sebab dikatakan Jupri sejak tidak diterimanya sawit milik warga, pihak perusahaan sering ditakut-takuti oleh masyarakat dengan cara diteror dan lain sebagainya.
Sementara itu hal senada juga disampaikan Kapolsek Air Upas, Iptu Sabariman. Bahkan ia berharap agar adanya kerjasama yang baik antara manajement perusahaan dan masyarakat supaya dapat tercipta solusi yang terbaik.
“Poinnya, bagai mana cara pihak perusahaan bisa mengsejahterakan masyarakat. Kebetulan masyarakat hanya berharap supaya kebun-kebun mandiri milik mereka bisa ditampung buahnya di pabrik terdekat,” kata Kapolsek.
Sabariman menambahkan, jika buah milik petani mandiri itu tidak bisa ditampung, masyarakat akan menjualnya ketempat yang jauh dan terkesan berdirinya perusahaan tidak bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya.
Sementara, Tayem salah satu perwakilan dari masyarakat menuturkan, sampai terjadinya penolakan TBS tersebut berawal ketika satu bulan yang lalu.
Dimana pada saat itu buah yang telah dipanen dan di bawa ke Pabrik ditolak. Padahal menurutnya, masyarakat di sana perekonomiannya hanya bergantung pada hasil dari penjualan sawit mandiri.
“Karena untuk harga karet kita disana tidak ada harga, jadi kami mengambil alih masing-masing berlomba bertanam sawit,” tukasnya.
Discussion about this post