KALBAR.KABARDAERAH.COM, KETAPANG – Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat, melalui dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) melakukan pembangunan jembatan pada sungai Tapah, di Kecamatan Matan Hilir Selatan (MHS).
Ironisnya pada masa tahap pembangunan awal di tahun 2023 telah diglontorkan anggarkan senilai 1,2 Miliar Rupiah, namun tidak kunjung selesai.
Kemudian tahun 2024 lalu Pemda kembali menganggarkan pembangunan jembatan tersebut 4,8 Miliar Rupiah, dikerjakan oleh CV. Pilar Permata Abadi, akan tetapi hingga berlanjut ke Januari 2025, dimana pelaksana harus bekerja dalam denda selama 50 hari sejak batas waktu proyek berakhir pada 15 Desember 2024 pekerjaan tahap dua pembangunan jembatan itu hingga kini masih tak kunjung selesai.
Ketika dikonfirmasi salah satu awak media Kepala Dinas PUTR Ketapang, Dennery melalui Kepala Bidang Bina Marga, Rahmad mengaku, keterlambatan pekerjaan jembatan sungai Tapah dikarenakan akses mobilisasi material. Lantaran menurutnya satu-satu nya akses jalan hanya melewati jalan tambang.
“Kita minta izin ke pihak tambang yang agak kesusahan, disitu kita banyak makan waktu, akhirnya bulan Desember 2024 baru bisa mendapatkan izin bisa dipakai untuk mobilisasi material proyek,” ungkapnya, belum lama ini.
Rahmad menjelaskan, mengenai pagu 4,8 miliyar rupiah itu bukan hanya untuk pembangunan balok abutment, timbunan dan pemasangan batu kali saja, namun mencakup pengadaan baja sebagai rangka jembatan.
Ia menambahkan, terkait anggaran 2023 sebesar 1,2 miliar rupiah diakuinya pihak DPUTR Ketapang telah membayar pembangunan proyek tersebut 100 persen.
Menyadur statemen dari perencana di salah satu laman media sosial facebook tujuan pembangunan jembatan itu dibangun nantinya merupakan titik penting penghubung ke Sai Melayu dan Sai Awan.
Akan tetapi seakan berbanding terbalik, Sidun (52) warga yang ditemui belum lama ini oleh awak media di sekitar lokasi pekerjaan menyatakan, akses jembatan yang di bangun sangat jauh dari pemukiman warga. Bahkan penghubung ujung jembatan hanya menuju ke area kebun sawit milik pribadi, maupun perusahan.
“Jarang yang lewat sini. Siapa yang mau lewat sini, cuma ada kebun sawit punya orang,” katanya.
Sindun menambahkan, dirinya juga heran adanya pembangunan jembatan baru di lokasi itu. Padahal di sekitar lokasi tidak jauh dari jembatan yang sedang di bangun juga ada jembatan yang masih berfungsi dengan baik.
(red)
Discussion about this post