KALBAR.KABARDAERAH.COM, PONTIANAK – Dewan Perwakilan Pusat Forum Komunikasi Orang Bugis (DPP FKOB) Kalbar mengadakan seminar budaya dengan tajuk Merekat Simpul Kekeluargaan Orang Bugis Dalam Ruang Tudang Si Pulung, di Rumah Adat Bugis Saoraja Aliri Mpero jalan Komodor Yos Sudarso, Gg. Alpokat Indah dengan dihadiri langsung oleh Andi Mahesa. S.S. selaku Sejarawan Muda Bugis Sulawesi Selatan, pada Jumat (3/12/2022)
Dr. Ardiyansyah SH.MH dari pihak DPP FKOB mengatakan, dengan adanya kegiatan pada hari ini bisa memahami dan memaknai apa artinya budaya dan bagaimana kita bisa mengembangkan adat budaya beserta makna-makna nilai dari kebudayaan itu.
Mengenai Tudang Si Pulung, dia menjelaskan, artinya duduk bersama untuk bermufakat atau bermusyawarah dengan melakukan diskusi melakukan seminar dan banyak maknanya, dan mengenai kemungkinan akan punahnya bahasa adat dan Budaya Bugis di Indonesia dengan kemajuan zaman serta masuknya budaya-budaya luar maka harus di budaya ini harus dilestarikan dari sekarang.
“Tidak menutup kemungkinan tidak hanya bahasa Bugis, bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia ini jika tidak lestarikan akan punah, 25 tahun bahkan seterusnya dan prediksi yang sudah ditafsirkan 25 tahun itu bisa jadi kenyataan dan kita mulai melestarikan dari rumah dan dari ruang lingkup yang lebih jelas lagi,” tegasnya.
Sementara itu Andi Mahesa pada kesempatan tersebut menyampikan apresiasinya atas langkah orang-orang Bugis yang ada di Kalimantan Barat sebagai bentuk upaya merajut satu pemahaman baru terhadap kebudayaan melalui satu even yang akan berlangsung selama 3 hari ini.
“Jadi dengan simpul ini menjadi salah satu landasan teoritis, salah satu bekal dan modal secara pengetahuan untuk mereka bisa berkegiatan nantinya melalui Pengetahuan, edukasi dan pengembangan kebudayaan berbasis baik,’ terangnya.
Mengenai dengan banyaknya orang Bugis di Kalimantan, lanjutnya, pada prinsipnya orang Bugis harus memiliki 3 langkah, langkah pertama adalah ujung lidah yaitu melakukan diplomasi, kedua adalah ujung pedang dan itu tidak dijumpai dan tidak berlaku sekarang dan itu hanya melalui peperangan dan ketiga adalah ujung kelamin yaitu adalah pernikahan.
“Jadi orang-orang Bugis itu harus menikah dengan orang-orang lokal yang ada, dan itu merupakan salah satu langkah mereka untuk bisa membangun satu diaspora, pengaruh dan juga memberikan suatu kontribusi terhadap daerah nya.Jadi kita paham dan yakin bahwa di Kalimantan Barat ini khususnya banyak Suku Bugis dan ada beberapa Suku Cina, Arab dan juga beberapa Etnis campuran lainnya, Jadi dengan adanya orang-orang Bugis di Kalimantan Barat ini semakin mengedepankan nilai-nilai orang indonesia dengan bergotong royong dan nilai kebersamaan,” paparnya.
Andi berharap, Orang Bugis agar menjadi seperti pohon kelapa atau dalam bahasa melayu pohon seribu guna, dimana pohon itu muncul selalu memberikan manfaat, selalu memberikan kontribusi, selalu memberikan dedikasi dan memberikan satu sumbangsih terhadap lingkungannya, jangan menjadi patron, jangan menjadi orang yang sifatnya mendominasi setidaknya ikutlah berkontribusi.
“Sebesar apapun peranmu insyaallah akan menjadi refrentase dari suku kamu dan insyaallah kamu akan direfrentase dari mana asal usulmu,” pungkasnya.
(imas)
Discussion about this post