KALBAR.KABARDAERAH.COM, KETAPANG – Sebagai makhluk yang hidupnya sangat bergantung pada keberadaan hutan, orangutan paling merasakan dampak hancurnya hutan akibat kebakaran hutan besar-besaran pada musim kemarau 2019 lalu. Bagi mereka hal tersebut saat ini masih menyisakan duka.
Kerusakan ekologi akibat api tidak bisa pulih begitu saja meskipun hujan sudah kembali membasahi bumi. Efek kebakaran hutan masih terasa hingga saat ini.
Setelah sebelumnya menyelamatkan belasan orangutan yang kehilangan rumah pasca kebakaran besar 2019, tim gabungan IAR Indonesia dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi wilayah (SKW) I Ketapang kembali menyelamatkan dua individu orangutan induk dan anak dari Jalan Pelang-Tumbang Titi km 9, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, beberapa hari kemarin.
Seorang warga bernama Purnomo melaporkan adanya orangutan yang sudah 3 hari bersarang di depan rumahnya di jalan Pelang-Tumbang Titi.
Menurut keteranganya, orangutan-orangutan ini berasal dari hutan di sebelah timur jalan yang hangus terbakar dan kemudian menyeberang jalan raya.
Ironisnya, tempat para orangutan menyelamatkan diri inipun sudah tidak lagi menyisakan pepohohan yang cukup layak untuk mereka makan dan mencari penghidupan.
Penyelamatan dua individu orangutan ini dilakukan lantaran di hutan di tempat kedua orangutan ini sudah habis terbakar, menyisakan sisa batang pohon yang hangus dan ilalang yang mulai tumbuh.
Hanya perlu waktu beberapa minggu untuk menghanguskan hutan dan perlu waktu puluhan tahun untuk bisa merestorasinya kembali.
Ketika tim penyelamat datang, tim menemukan 3 individu orangutan, satu jantan dewasa, satu betina dewasa dan anaknya yang diperkirakan berusia 3 tahun.
Mereka bertahan di pohon kering yang nampak kepayahan menahan beban mereka.
Tim penyelamat yang berfokus pada penyelamatan induk dan anak sempat kehilangan orangutan jantan ini.
“Kami mengutamakan menyelamatkan induk dan anak ini karena kondisi keduanya lebih mengkhawatirkan daripada orangutan yang jantan,” ujar Argitoe Ranting, Manager Survey, Release dan Monitoring, Kamis (6/2/2020).
“Orangutan jantan itu masih sangat liar dan masih cukup kuat. Kami pikir dia masih akan lebih bisa bertahan untuk waktu yang lama,” jelasnya yang kala itu dirinya terjun langsung dalam kegiatan penyelamatan ini.
Untuk mengevakuasi induk anak ini, dikatakanya tim penyelamat menggunakan senapan bius untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
“Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara di lapangan, induk orangutan ini mengalami malnutrisi dengan badan yang sangat kurus. Diduga induk anak orangutan ini mengalami kelaparan selama berbulan-bulan,” urainya.
Saat ini induk anak orangutan yang diberi nama Mama Rawa dan baby Rawa ini dibawa ke Pusat Rehabilitasi Orangutan IAR Indonesia di Sungai Awan, Ketapang untuk menjalani pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut.
“Nantinya kedua orangutan ini akan dipindahkan ke hutan yang lebih layak untuk menjamin kehidupannya,” pungkasnya.
(agsh)
Discussion about this post