KALBAR.KABARDAERAH.COM, KETAPANG – Seekor beruang madu yang diberi nama Nanjung dilepasliarkan ke habitat aslinya di kawasan hutan milik PT Hutan Ketapang Industri (HKI) di Kecamatan Kendawangan, pada Jumat (17/1/2020) oleh Yayasan International Animal Rescue (IAR) Indonesia bekerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Ketapang.
Selain kehilangan habitatnya, Nanjung juga harus merelakan sebelah lengannya hilang lantaran terkena jeratan warga yang sengaja dipasang guna menangkap beruang yang kerap masuk ke kebun mereka.
Diketahui, jeratan yang dipasang pada 19 November 2019 lalu menggunakan tali nilon sepanjang 2,5 meter. Warga lainnya yang mengetahui adanya beruang yang terjerat pada 20 November langasung melaporkan kejadian ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Ketapang.
Mendapat informasi tersebut, Tim Wildlife Rescue Unit BKSDA Kalbar SKW I Ketapang, bersama tim IAR Indonesia langsung meluncur ke lokasi.
Saat datang, Nanjung terlihat agresif dan stres, lantaran terus berusaha melepaskan diri dari jeratan. Hingga akhirnya tim berhasil melakukan evakuasi san membawa Nanjung ke pusat rehabilitasi IAR Indonesia.
Direktur IAR Indonesia, Karmele L. Sanchez, menjelaskan, empat hari berada di karantina, tim medis melihat terjadi pembangkangan pada tangan kanan Nanjung akibat jeratan, luka semakin memburuk sehingga membuat daging dilengan rusak dan membusuk, hingga akhirnya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut menggunakan sinar X.
“Setelah dilakukan diskusi yang melibatkan BKSDA Kalbar, akhirnya tim emdis memutuskan mengamputasi tangan Nanjung pada 25 November guna mencegah infeksi dan pembusukan yang menyebar,” katanya, Senin (20/1/2020).
Ia melanjutkan setelah melakukan perawatan dan sesuai hasil pemeriksaan pada 1 Desember luka Nanjung terlihat pulih dan akhirnya dilakukan pemulangan ke habitat aslinya di kawasan Hutan milik PT HKI, di Kecamatan Kendawangan.
“Meskipun kehilangan lengannya, kami yakin beruang ini mampu bertahan hidup, karena memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, selain itu beruang memiliki kecerdasan,” nilainya.
Ia menambahkan, masalah sebenarnya tidak akan selesai dengan melepasliarkan Nanjung, karena persoalan sebenarnya adalah rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan satwa liar dilindungi serta persoalan konversi dan alih fungsi hutan menjadi kebun dan pemukiman.
“Hutan yang demikian sempit menjadikan ruang gerak beruang sedikit, sehingga mereka tidak ada pilihan untuk bertahan dan mencari makan kebun warga,” jelasnya.
Sementara Kepala BKSDA Kalbar, Sadtata Noor Adirahmanta, mengatakan sudah saatnya manusia untuk sadar bahwa semua bencana alam, konfilik satwa dan lainnya merupakan pesan yang disampaikan oleh alam bahwa kehidupan sedang bermasalah dan tidak baik-baik saja. Termasuk pengrusakan habitat satwa yang pada akhirnya juga menyengsarakan manusia.
“Ini semua pesan, bahwa konflik manusia dan hewan sedang menuju kepunahan kalau terus terjadi,” pungkasnya.
(agsh)
Discussion about this post