KALBAR.KABARDAERAH, KETAPANG –Pemkab Ketapang menggelar apel peringatan hari berkabung daerah Provinsi Kalimantan Barat tahun 2018, mengusung tema “Dengan semangat hari berkabung daerah tahun 2018, galang persatuan dan kesatuan dalam wadah NKRI.”
Apel bersama yang diikuti TNI, Polri, PNS, dan ormas tersebut dengan inspektur upacara Bupati Martin Rantan SH, dihadiri Wakil Bupati Drs H Suprapto.S Forkopimda, yang berlangsung di halaman Kantor Bupati Ketapang, Kamis (12/7).
Bupati Martin Rantan SH dalam sambutannya mengatakan peringatan hari berkabung daerah ini merupakan amanah dan konsekwensi dari ditetapkannya Peraturan daerah Provinsi Kalbar nomor 5 tahun 2007 tentang peristiwa Mandor sebagai monumen daerah Kalimantan Barat.
Lebih lanjut Bupati berharap peringatan hari berkabung daerah ini tidak hanya sekedar seremonial atau pemenuhan formalitas saja, namun memlalui peringatan ini.
Dia berharap dapat dijadikan sebagai bahan renungan bagi diri kita masing masing untuk menghargai perjuangan para pahlawan kita dan dapat menjadi motivasi dan inspirasi bagi kita berubah untuk lebih maju guna mewujudkan masyarakat Kalaimantan Barat yang beriman sehat cerdas berbudaya dan sejahtera.
Dipaparkan Bupati kurang lebih 71 tahun yang lalu tepatnya pada kurun waktu tahun 1942-1945 pada masa penajahan Jepang di Indonesia khususnya porvinsi Kalimantan Barat tentara jepang telah melakukan keganasan yang luar biasa.
Akibat genecidee tentara Jepang Kalimantan Barat menurut Bupati telah kehilangan satu generasi beberapa data yang terangkum dari berbagai sumber menyebutkan bahwa korban akibat keganasan yang dilakukan oleh tentara Jepang mencapai kurang lebih 21,037 ribu jiwa sungguh suatu angka yang fantastis.
Hal tersebut merupakan persitiwa sejarah perjuangan gugurnya korban jiwa dari berbagai elemen masyarakat khususnya masyarakat Kalimantan Barat.
“Sejarah pembunuhan massal yang terjadi di Mandor merupakan sejarah perjuangan dari orang orang tua dan saudara kita yang telahberjuang untuk menghapus penjajahan dari tanah kalimantan Barat demi tegaknya NKRI “ kata Bupati.
Lebih lanjut Bupati menuturkan para korban yang dibantai disiksa dan dibunuh selama kurun waktu keberadaan jepang di bumi kalimantan Barat dilakukan dengan berbagai cara baik dipancung,ditembak, disiksa dan lain sebagainya.
Sedangkan para korban berasal dari berbagai kalangan berbagai usia dan multi etnis, adat tokoh masyarakat para Raja raja, dokter, kaum cendikiawan, wartawan, dan lain sebagainya.
Untuk dari kalangan enis ada melayu, dayak minahasa batak, jawa dan tiongha serta etnis lainnya.
Banyaknya korban yang jatuh akibat menjadi korban kebiadaban tentara Jepang menunjukan luka yang tak pernah terpulihkan akibat yang dirasakan begitu mendalam terutama bagi keluarga korban dan bagi masyarakat Kalimantan Barat yang kehilangan satu generasi terbaiknya.
“Peristiwa itu hendaknya menjadi jiwa dan semangat dalam perjuangan pembangunan dewasa ini,” ajak Bupati.
Kepada generasi penerus pembangunan Bupatipun berharap hendaknya memetik pelajaran terhadap peristiwa ini dan menjadikan peristiwa mandor ini sebagai landasan mental yang kokoh dan kuat menghadapi masalah yang membahayakan eksistensi Republik ini.
“Para pendahulu telah merebut kemerdekaan maka kita yang menikmati hasil perjuangan berkewajiban untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan ini dengan berlajar tetap mengevaluasi diri tetap menumbuhkan nasionalisme dan patriotisme dengan cara mendahulukan kepentingan tanah air dan bangsa dari pada kepentingan pribadi,” timpalnya.
(AgsH/Adv)
Sumber : Humas Pemkab Ketapang
Discussion about this post